JAWA TIMUR I JatimHits.com – Politisi partai Demokrat dari kemarin malam, marah-marah kepada Anies dan Partai NasDem. Gara-garanya Anies lebih memilih Gus Imin sebagai Cawapres dibanding AHY.
Sebel juga sih, liat channel pemberitaan TV isinya orang marah mulu, di medsos isi kontennya orang lagi marah malah ada yang bicara bagi pengkhianat darahnya halal…ups gawat. Separah itulah, marahnya sudah sampai ubun-ubun.
Langkah politik Anies dan NasDem memilih Gus Imin tidak tabu. Pilihan itu harus dihormati. Selama belum ada agreement, hak Anies untuk pilih siapapun harus dihormati.
Sebenarnya dinamika seperti itu sudah biasa dalam pentas politik, tidak perlu baper. Selama belum ada janur melengkung, Anies boleh pilih siapa saja.
Kemarahan demokrat ini kemungkinan ekspektasi berlebihan dari AHY yang ingin dipasangkan dengan Anies. Karena targetnya gagal lalu marah2, itu malah diketawain publik.
Sampai-sampai Baliho koalisi perubahan dan perbaikan yang sudah terpasang di penjuru tanah air dicopoti semua padahal akad nikah Anies dengan AHY saja belum. Hal ini hanya menunjukkan sikap kekanak-kanakan.
Dari pihak koalisi perubahan secara resmi belum pernah mengeluarkan statemen pasangan Anies adalah AHY. Tapi seolah-olah demokrat sudah merasa AHY yang dipilih sehingga dipasang lah baliho Anies-AHY. Jadi upaya partai demokrat memasang baliho Anies-AHY terlalu Prematur.
Berkaca dari kasus AHY, seorang politisi harus menyadari dan siap betul menghadapi dinamika politik. Jangan percaya terhadap janji politik. Etika dalam dunia politik hanya jargon. Gak bisa dipegang. Lebih mantap percayakan pada takdir.
Belajar dari pengalaman ini, politisi harus cerdik membaca situasi pilihan mana yang paling menguntungkan. Kawan mana yang bisa menguntungkan dan lawan mana yang pantas diperhitungkan.
Sejatinya dalam politik tidak ada kawan atau lawan, yang ada adalah kepentingan pribadi. Mungkin saja Anies menilai Gus Imin lebih menguntungkan daripada AHY. Jadi daripada berkawan dengan AHY, lebih baik Anies pilih Gus Imin.(Cak Hadi)