Tradisi Nyadran Desa Banjar Kemuning Wujud Syukur Nelayan

  • Bagikan
Tradisi Nyadran Desa Banjar Kemuning Wujud Syukur Nelayan
Tradisi Nyadran Desa Banjar Kemuning Wujud Syukur Nelayan

Sidoarjo, Jatimhit.com,- Tradisi Nyadran atau petik laut Desa Banjar Kemuning, Kecamatan Sedati, Kabupaten Sidoarjo, kembali digelar pada Sabtu (22/2/2025). Acara tahunan ini merupakan bagian ritual budaya”Ruwat Desa” dimana pada tahun 2025 ini mengusung tema “Banjar Kemuning Bersholawat”.

Nyadran dilaksanakan sebagai bagian ungkapan dari rasa syukur kepada Allah SWT atas rezeki dan berkah hasil laut yang melimpah. Selain itu, tradisi ini juga menjadi bagian simbol permohonan keselamatan dan kemakmuran warga Desa Banjar Kemuning, khususnya para nelayan yang bergantung pada hasil laut.

Prosesi Nyadran diawali dengan arak-arakan sesaji dan gunungan hasil bumi, dari Balai Desa Banjar Kemuning hingga menuju dermaga. Sesaji itu kemudian dibawa ke tengah laut menggunakan perahu nelayan dan kemudian dilarung agar para nelayan selalu dilimpahi keselamatan dan rezeki saat melaut.

Sekitar 100 perahu nelayan dan ratusan warga Desa Banjar Kemuning yang 80 persen berprofesi sebagai nelayan turut serta meramaikan acara nyadran dengan prosesi melarung sesaji hasil bumi ke tengah laut.

Hadir dalam acara tersebut Hj. Sriatun, istri Bupati Sidoarjo, Kepala Desa Banjar Kemuning Zaenal Abidin, Danramil dan Kapolsek Sedati, BPD, serta Kepala Desa se-Kecamatan Sedati, tokoh agama, dan tokoh masyarakat.

Tradisi Nyadran Desa Banjar Kemuning dihadiri Hj. Sriatun, jajaran Forkopimca, Kepala Desa se-Kecamatan Sedati, BPD, tokoh agama, dan tokoh masyarakat.
Tradisi Nyadran Desa Banjar Kemuning dihadiri Hj. Sriatun, jajaran Forkopimca, Kepala Desa se-Kecamatan Sedati, BPD, tokoh agama, dan tokoh masyarakat

Hj. Sriatun, turut hadir dan sekaligus ikut prosesi Larung sesaji di laut. Dalam acara nyadran tersebut menyampaikan apresiasinya kepada masyarakat Desa Banjar Kemuning yang nampak guyub rukun dalam mengikuti kegiatan.

“Tradisi Nyadran tidak hanya sekedar melestarikan budaya leluhur, tetapi juga mengajarkan kita agar selalu bersyukur kepada Allah atas segala nikmat-Nya, terutama hasil laut yang menjadi sumber utama kehidupan masyarakat di sini,” ujar Sriatun.

Ia juga berharap agar tradisi nyadran ini terus dipertahankan sebagai bagian dari identitas budaya lokal dari warga pesisir yang memiliki nilai religius tinggi.

Sementara Zaenal Abidin, Kepala Desa Banjar Kemuning, mengungkapkan rasa syukur atas terlaksananya acara “Ruwat Desa” dimana salah satu bagian acaranya adalah ritual nyadran yang berlangsung dengan baik. Masyarakat bersama-sama saling mendukung terlaksananya acara tersebut.

“Nyadran adalah wujud syukur kami kepada Allah, agar nelayan selalu diberi keselamatan dan hasil laut yang melimpah. Selain itu, kegiatan ini juga menjadi perekat silaturahmi antar warga desa dan upaya melestarikan warisan budaya leluhur,” tuturnya.

Acara Ruwat Desa Banjar Kemuning berlangsung selama 3 hari, diawali hari Jumat dengan acara istiqosah, hari Sabtu acara Nyadran ditutup dengan pagelaran wayang kulit semalam suntuk yang dipimpin dalang Ki Tejo Sulistiono.

Pada hari Minggu, 23/02/2025 sebagai puncak acara sekaligus sebagai penutup serangkaian acara ruwat desa digelar pengajian Akbar dengan menghadirkan ulama besar Nusantara Gus Muwafiq.

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *