Tradisi Ruwatan dan Tirakatan Jadi Simbol Harmoni Sidoarjo

  • Bagikan
Tradisi Ruwatan dan Tirakatan kembali dihadirkan sebagai upaya ikhtiar lahir batin demi keselamatan dan kedamaian Kabupaten Sidoarjo.
Tradisi Ruwatan dan Tirakatan kembali dihadirkan sebagai upaya ikhtiar lahir batin demi keselamatan dan kedamaian Kabupaten Sidoarjo.

Sidoarjo, Jatimhit.com – Tradisi Ruwatan dan Tirakatan kembali dihadirkan sebagai upaya ikhtiar lahir batin demi keselamatan dan kedamaian Kabupaten Sidoarjo. Acara budaya ini diprakarsai Ketua Ruang Publik Sidoarjo (RPS), Sujani, sekaligus dirangkaikan dengan peringatan HUT ke-80 Republik Indonesia.

Lintas Elemen Hadir di GOR Delta

GOR Delta Sidoarjo pada Rabu malam (27/08/2025), menjadi saksi kebersamaan lintas elemen. Hadir tokoh masyarakat, tokoh pemuka lintas agama, kepala desa, Perwabi, serta perwakilan organisasi kemasyarakatan seperti FKPPI, LSM LIRA, Pemuda Pancasila dan Media.

Suasana khidmat terasa sejak dari awal acara, hal ini menunjukkan kepedulian bersama menjaga kedamaian di Bumi Jenggolo.

Murni Swadaya Warga

Menariknya, seluruh rangkaian kegiatan ini digelar tanpa pendanaan pemerintah daerah. Sujani menegaskan acara murni terlaksana atas swadaya dan kepedulian masyarakat Sidoarjo.

Tradisi Ruwatan dan Tirakatan kembali dihadirkan sebagai upaya ikhtiar lahir batin demi keselamatan dan kedamaian Kabupaten Sidoarjo.
Tradisi Ruwatan dan Tirakatan kembali dihadirkan sebagai upaya ikhtiar lahir batin demi keselamatan dan kedamaian Kabupaten Sidoarjo.

“Ruwatan dan tirakatan ini bentuk ikhtiar kita semua, mari kita perkuat persatuan dan doa bersama agar Sidoarjo senantiasa tenteram, damai, dan pembangunannya lancar,” ujarnya.

Makna Simbolis Ruwatan dan Tumpeng

Sebagai bagian dari tradisi Jawa, ruwatan dipahami sebagai usaha membersihkan diri dari energi negatif, sementara tirakatan adalah laku prihatin untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Kedua laku disatukan, melambangkan doa dan harapan agar masyarakat hidup ayem tentrem, jauh dari perpecahan.

Tumpeng yang tersaji dalam acara juga sarat makna. Filosofi Jawa yang berarti Tumindak Lempeng Tumuju Pangeran, mengingatkan manusia agar hidup lurus menuju Tuhan. Bentuk kerucut yang menjulang tinggi menjadi simbol doa agar kehidupan semakin meningkat, serta cita-cita bisa terwujud.

Baca juga: Drama Tiga Hari di Sabana Gunung Buthak: Pendaki Tersesat Ditemukan Selamat Usai Pencarian Maraton

Doa Bersama Jadi Puncak Acara

Puncak acara berlangsung penuh khidmat ketika KH. Hasan Jamil memimpin doa penutup. Para hadirin menundukkan kepala, memohon perlindungan Allah SWT agar Indonesia, khususnya Kabupaten Sidoarjo, selalu dalam keberkahan dan terhindar dari bencana.

Harmoni sebagai Modal Membangun Daerah

Kebersamaan lintas tokoh agama, pemuda, hingga organisasi masyarakat menegaskan bahwa keberagaman bukan penghalang untuk bersatu. Justru perbedaan menjadi kekuatan dalam menjaga harmoni.

Ruwatan dan Tirakatan di GOR Delta bukan hanya perayaan budaya, tetapi juga pengingat bahwa harmoni adalah modal utama untuk membangun Sidoarjo yang lebih baik, lebih damai, dan lebih sejahtera.

Yeni

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *