NGANTANG, Kabupaten Malang, Jatimhits.com – Cerita di Balik Omah Tepoes, malam Sabtu di Basecamp Omah Tepoes jarang sekali sepi. Cahaya lampu dari villa dan cafe-nya menjadi penanda kehidupan di kaki gunung. Ini adalah persinggahan terakhir sebelum petualangan sebenarnya dimulai. Di sinilah cerita-cerita pendaki bermula.
Dimas, sang koordinator, adalah orang yang paling paham denyut nadi tempat ini. Dengan cermat ia menjelaskan peran vital Omah Tepus sebagai pengumpul tiga jalur pendakian: Kelud, Kawinajang, dan Selo Burung.
“Ini bukan sekadar tempat lapor. Ini tempat mereka mengumpulkan nyali, berbagi strategi, atau sekadar meneguk kopi penghangat tubuh,” ujarnya.
Fasilitas yang disediakan sengaja dirancang untuk memulihkan kelelahan perjalanan jauh sebelum pendaki menapaki tanjakan sebenarnya.
Ruang istirahat, mushola, wifi, hingga cafe dengan harga terjangkau adalah bentuk komitmen untuk membuat pendaki merasa “di rumah”. Bahkan, tersedia villa bagi yang ingin beristirahat lebih lama.
Yang menarik adalah ritme kunjungannya. “Gunung-gunung di sini punya ‘jam buka’ yang berbeda. Kawinajang untuk pendaki yang suka tantangan fajar, start-nya tengah malam. Kalau Kelud lebih santai, pagi hari. Alhasil, basecamp ini paling hidup di malam weekend,” tutur Dimas.
Proses registrasi yang terdigitalisasi memastikan keamanan. Setelah briefing, perjalanan dilanjutkan dengan ojek daring seharga Rp50.000. Tak heran jika basecamp ini bahkan menarik minat pendaki internasional. Harapan Dimas sederhana: menciptakan memori mendaki yang begitu indah, hingga mereka ingin kembali lagi.