JAKARTA, – Perekonomian Indonesia mencatat pertumbuhan 5,04 persen secara tahunan (yoy) pada kuartal III (Q3) pada tahun 2025.
Menteri Keuangan (Menkeu), Purbaya Yudhi Sadewa menilai angka tersebut menunjukkan kinerja ‘mesin ekonomi nasional’ masih berjalan stabil.
Pertumbuhan tersebut dinilai terjadi, meskipun di tengah tekanan global dan perlambatan ekspor di berbagai negara mitra dagang RI.
Purbaya menyebut, capaian itu menjadi bukti efektivitas pengelolaan kebijakan fiskal yang telah dijalankan pemerintah sepanjang tahun.
“APBN berperan menjaga daya beli masyarakat dan mendukung dunia usaha agar lebih berdaya saing di tingkat global,” ujar Purbaya kepada awak media di Jakarta, pada Kamis, 6 November 2025.
Purbaya menekankan, pertumbuhan ini tidak hanya menandakan ketahanan ekonomi nasional, tetapi juga buah dari sinergi erat antara kebijakan fiskal, moneter, dan keuangan.
Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi tersebut turut menciptakan 1,9 juta lapangan kerja baru dan menurunkan tingkat pengangguran terbuka menjadi 4,85 persen.
Sementara itu, konsumsi domestik, investasi, dan ekspor menjadi pendorong utama yang menjaga laju pertumbuhan tetap positif.
Purbaya lantas menyebut pertumbuhan Ekonomi RI itu ada hubungannya dengan arah kebijakan fiskal yang kini tengah dijalankannya. Begini katanya.
Arah Kebijakan Fiskal dan Dampaknya
Purbaya menjelaskan, konsumsi rumah tangga naik 4,89 persen, ditopang meningkatnya mobilitas, transaksi digital, serta pengeluaran transportasi dan komunikasi yang tumbuh 6,41 persen.
Konsumsi pemerintah juga meningkat 5,49 persen, mencerminkan percepatan belanja dan realisasi anggaran di kuartal ketiga.
Dari sisi investasi, pertumbuhan mencapai 3,02 persen (yoy), terutama pada sektor bangunan dan infrastruktur yang didorong proyek strategis nasional.
“Kebijakan fiskal yang ekspansif diarahkan untuk memperkuat fondasi pertumbuhan, tidak hanya menjaga konsumsi tapi juga menciptakan ruang investasi baru,” terang Purbaya.
Ekspor barang dan jasa tumbuh 9,91 persen, didukung oleh kinerja kuat industri domestik dan peningkatan permintaan dari negara mitra utama.
Ekspor jasa juga melonjak 7,62 persen, seiring kenaikan wisatawan mancanegara hingga 21,8 persen. Sebaliknya, impor hanya tumbuh 1,18 persen, menunjukkan daya saing ekspor yang semakin kuat.
Secara sektoral, industri pengolahan naik 5,54 persen, didorong lonjakan subsektor logam dasar 18,62 persen dan industri kimia-farmasi 11,65 persen.
Sektor pertanian tumbuh 4,93 persen, sedangkan sektor perdagangan, akomodasi, dan komunikasi tumbuh di atas 5 persen.
Pesan Prabowo dan Laporan Menko Airlangga
Dalam kesempatan berbeda, Menko Perekonomian, Airlangga Hartarto menyatakan telah melaporkan hasil pertumbuhan ekonomi tersebut langsung kepada Presiden RI, Prabowo Subianto.
Airlangga menuturkan, pada pertemuan di Kompleks Istana Kepresidenan, pada Rabu 5 November 2025, Prabowo menekankan pentingnya menjaga momentum pertumbuhan hingga kuartal IV.
“Sudah dilaporkan, dan relatif harus dijaga momentum ke Q4,” ujar Airlangga kepada awak media di Jakarta, pada Rabu, 5 November 2025.
Menko Perekonomian RI itu menambahkan, meski pertumbuhan kuartal III sedikit melambat dibandingkan kuartal II yang mencapai 5,12 persen, pemerintah tetap optimistis target tahunan 5,2 persen dapat tercapai.
Menurut Airlangga, konsumsi rumah tangga memang sempat melemah ke level 4,89 persen, namun berbagai indikator ekonomi menunjukkan potensi rebound.
“Kuartal IV akan naik, inflasi dilihat saja naik di kuartal III akhir,” terangnya.
Airlangga menambahkan, indeks keyakinan konsumen berada di level 115, PMI di atas 51, dan beberapa indikator belanja seperti Mandiri Spending Index serta data BCA menunjukkan tren peningkatan.
“Daya beli naik di Q4, terbukti dari kenaikan investasi di emas dan perhiasan, serta meningkatnya pengeluaran rumah tangga,” paparnya.
Analisis Pakar dan Prospek Ekonomi
Di lain pihak, Kepala Riset Makroekonomi dan Pasar Keuangan Permata Bank, Faisal Rachman menilai perlambatan ekonomi pada kuartal III bersifat musiman.
Faisal menilai, pertumbuhan 5,04 persen justru memperlihatkan arah pemulihan yang solid setelah periode lebaran di kuartal sebelumnya.
“Secara kumulatif, pertumbuhan dalam sembilan bulan pertama tahun 2025 mencapai sekitar 5,01 persen, menandakan lintasan pertumbuhan yang semakin menguat,” ujar Faisal dalam keterangan resminya, pada Rabu, 5 November 2025.
Menurut Faisal, prospek PDB ke depan akan bergantung pada percepatan belanja pemerintah di sektor produktif serta dukungan terhadap investasi.
“Prospek investasi tetap positif, terutama dengan ekspektasi pemangkasan suku bunga global dan domestik yang menurunkan biaya pembiayaan,” jelasnya.
Faisal lantas menyoroti, ekspor masih berpotensi terbebani oleh perang dagang dan perlambatan ekonomi Tiongkok, namun ketegangan global mulai mereda.
“Pertumbuhan PDB berada di kisaran 5,0 hingga 5,1 persen untuk tahun 2025, revisi ke atas dari proyeksi sebelumnya,” tandasnya.***
