Piagam Penghargaan Walikota Malang untuk Dwianto Setyawan: Menghormati Jejak Penulis Sastra Anak di Era 1980-2000

  • Bagikan

Oleh : Akaha Taufan Aminudin

Malang, Jatimhits.com – Piagam penghargaan yang diberikan kepada Dwianto Setyawan sebagai penulis sastra anak era 1980-2000 bukan hanya sebuah pengakuan formal, melainkan juga tanda hormat atas dedikasi dan pengaruhnya yang melampaui waktu.*

Dalam artikel ini, kita akan melihat betapa penghargaan ini merefleksikan pentingnya sastra anak dalam membentuk generasi, dan bagaimana apresiasi terhadap pegiat sastra seperti Dwianto menjadi tonggak penting bagi pengembangan literasi di Malang, bahkan Indonesia.

Ketika sebuah nama besar dalam dunia sastra anak, Dwianto Setyawan, mendapatkan piagam penghargaan resmi pada tanggal 20 April 2024 di Malang, rasanya seolah angin sejarah berhembus mengingatkan kita pada betapa besar peranan seorang penulis dalam membangun dunia anak-anak lewat kata-kata.

Piagam ini, yang diberikan oleh dua figur penting yakni Gedeon Soerja, Ketua IKAPI Kota Malang, dan Ashley Maureen Ezekiel, Direktur Pelaksana MNC, serta disahkan oleh PJ. *Walikota Malang*, Dr. Ir. Wahyu Hidayat M.M., menjadi simbol nyata bahwa sastra anak era 1980-2000 tidaklah sekadar nostalgia, tapi fondasi budaya yang kuat.

Sastra anak adalah salah satu aspek terpenting dalam literasi sejak dini. Menurut penelitian dari UNESCO, akses dan publikasi karya sastra anak sangat mempengaruhi minat baca dan perkembangan kognitif anak. Dalam konteks ini, kiprah Dwianto menjadi penulis sekaligus pemimpin redaksi majalah anak-anak “Hopla” memiliki impact yang sulit diabaikan. Ia bukan cuma menulis, tapi menginspirasi pendatang baru dan memperluas jangkauan bacaan anak yang berkualitas.

Piagam penghargaan ini lebih dari sekedar formalitas. Ia memberikan pengakuan atas karya-karya yang mengisi lembaran sejarah sastra Indonesia khususnya di wilayah Malang dan sekitarnya. Penghargaan itu sendiri menjadi motivasi kolektif bahwa sastra anak adalah investasi jangka panjang bagi generasi mendatang dan kreasi budaya yang harus terus dijaga.

Ada sedikit sentuhan filosofis yang terasa ketika melihat detail piagam tersebut. Betapa literasi merupakan warisan yang tidak lekang oleh usia, memberi ‘pohon pengetahuan’ bagi anak-anak kita. Melalui tulisan Dwianto, anak-anak pada masanya — bahkan hingga saat ini melalui cetak ulang karya-karyanya — tumbuh dengan imajinasi yang kaya, nilai-nilai moral, dan kecintaan membaca yang mendalam.

Kota Malang, yang dengan bangga memberikan penghargaan tersebut, hendaknya menjadi tolok ukur bagaimana kota-kota lain di Indonesia mengapresiasi para pegiat literasi dan sastra. Dan tentunya, sebagai penghormatan kepada sosok-sosok seperti Dwianto yang telah membuka jalan dan menetapkan standar kualitas sastra anak Indonesia.

Di hari ini, kita tak hanya merayakan seorang penulis, tapi juga warisan budaya yang mengalir di darah dan jiwa Kota Malang. Piagam ini menjadi saksi bisu bahwa sastra anak tidak pernah mati, tetapi terus berdenyut, membuka cakrawala baru bagi anak-anak bangsa.

Dalam dunia yang semakin cepat dan serba digital, mari kita tidak lupa memberikan ruang dan penghormatan bagi karya sastra anak yang membentuk karakter dan kreativitas generasi muda kita.

Penghargaan untuk Dwianto Setyawan ini adalah pengingat bahwa kata-kata memiliki kekuatan untuk merubah dunia — satu buku anak pada satu waktu.

Bagikan artikel ini jika Anda setuju bahwa sastra anak adalah jantung literasi nasional! Dan jangan lupa meninggalkan komentar tentang penulis atau karya sastra anak favorit Anda!

Selasa Wage 5 Agustus 2025
Drs. Akaha Taufan Aminudin
*Sisir Kampung Baru Literasi SIKAB*
Himpunan Penulis Pengarang & Penyair Nusantara HP3N Kota Batu Wisata Sastra Budaya *SATUPENA JAWA TIMUR*

Red

  • Bagikan
Exit mobile version