Oleh: Akaha Taufan Aminudin
Jakarta, 03/8/2025, Jatimhits.com – Puisi WS Rendra Menjadi Sumber Inspirasi Erros Djarot dalam membuat film Kantata Takwa*
“Kesaksian harus diberikan agar keseimbangan terjaga. Kesadaran adalah matahari. Kesabaran adalah bumi. Keberanian menjadi cakrawala.“
Puisi Rendra menjadi sumber inspirasi Erros Djarot dalam membuat film Kantata Takwa.
Puisi Rendra yang berjudul “Kesaksian harus diberikan agar keseimbangan terjaga. Kesadaran adalah matahari. Kesabaran adalah bumi. Keberanian menjadi cakrawala” menjadi sumber inspirasi bagi Erros Djarot dalam membuat film Kantata Takwa. Film ini merupakan dokumenter musikal yang dirilis pada tahun 2008, namun dibuat berdasarkan konser akbar proyek seni Kantata Takwa di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, pada tahun 1991.
Film Kantata Takwa sendiri merupakan hasil kerja sama antara Eros Djarot dan Gotot Prakosa sebagai sutradara. Film ini juga menampilkan karya-karya dari penyanyi terkenal seperti Iwan Fals dan puisi-puisi Rendra. Film dokumenter ini menggunakan gaya eksperimental dengan animasi dan footage konser gala Kantata Takwa Orchestra ¹ ² ³.
Informasi tentang Film Kantata Takwa:
– Sutradara : Eros Djarot dan Gotot Prakosa
– Tahun Rilis : 2008
– Genre : Dokumenter musikal
– Berdasarkan : Konser akbar proyek seni Kantata Takwa di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, 1991
– Pemeran: Iwan Fals, W.S. Rendra
– Gaya Film : Eksperimental dengan animasi dan footage konser ¹ ²
Ketika Puisi Menjadi Film: Inspirasi WS Rendra dalam Kantata Takwa Karya Erros Djarot
Puisi sering dianggap sebagai momen keheningan dalam dunia yang gaduh.
Namun, bagaimana jika bait kata-kata indah itu mengilhami sebuah karya seni lain yang mampu mengguncang panggung budaya?
Film Kantata Takwa karya Erros Djarot adalah bukti hidup bahwa puisi WS Rendra bukan hanya sekadar rangkaian kata, melainkan jiwa yang membakar kreativitas multidimensional.
Dalam tulisan ini, kita akan menyelami bagaimana puisi Rendra menjadi sumber inspirasi utama dan mengubah sebuah konser musik menjadi maha karya film dokumenter musikal yang eksperimental.
Puisi, bagiku, adalah sebuah cermin. Cermin yang tak hanya merefleksikan jiwa, tapi juga menuntun kita melihat dunia dengan cara yang berbeda—lebih jernih dan lebih dalam. WS Rendra, maestro puisi Indonesia, telah lama dikenal sebagai suara hati yang kritis dan penuh keberanian.
Dengan sapuan kata-katanya, ia bukan hanya bercerita, tapi juga menantang dan mengajak kita berdiri di tengah-tengah pergolakan batin dan sosial.
Kalimat pembuka puisi Rendra yang menjadi inspirasi Kantata Takwa berbunyi:
“Kesaksian harus diberikan agar keseimbangan terjaga. Kesadaran adalah matahari. Kesabaran adalah bumi. Keberanian menjadi cakrawala.”
Bait ini bukan hanya metafora semata, melainkan pondasi filosofis yang membentuk semangat film. Di sini, kesaksian adalah bentuk tanggung jawab moral; kesadaran, seperti matahari, memberikan penerangan dan kehidupan; kesabaran yang ibarat bumi menjadi tempat bernaung yang kokoh; dan keberanian yang menjadi cakrawala membuka cakrawala pandang dan harapan baru.
Nah, dari puisi itulah, Erros Djarot mengambil jiwa untuk menelurkan Kantata Takwa—sebuah dokumenter musikal yang merekam konser akbar Kantata Takwa pada tahun 1991 di Stadion Utama Gelora Bung Karno.
Film ini bukan sekedar merekam momen, tapi mencipta ulang pengalaman seni menjadi medium dialog antara musik, puisi, dan visual eksperimental.
Mengapa film ini penting? Karena ia mempertemukan dua raksasa seni Indonesia: Erros Djarot, sutradara yang terkenal dengan sentuhan humanis, dan WS Rendra, si penyair pemberani.
Kolaborasi keduanya, dengan dukungan suara bernyawa Iwan Fals, memberikan dimensi baru bagi musik dan puisi sebagai alat kritik sosial dan refleksi budaya.
Salah satu keunikan Kantata Takwa adalah penggunaan gaya film eksperimental berupa animasi dan potongan footage konser—upaya yang jarang ditemui dalam dunia perfilman dokumenter Indonesia saat itu.
Di sinilah kekuatan visual dan puisi bertemu, mencipta simfoni yang tak terbaca hanya melalui telinga, tapi juga melalui mata dan jiwa.
Di tengah arus budaya pop yang sering kali dangkal dan komersial, karya seperti ini mengingatkan kita bahwa seni bisa menjadi senjata untuk menghidupkan kesadaran kolektif sekaligus menjadi cerminan zaman.
Bahkan hampir dua dekade setelah konsernya, film ini tetap relevan sebagai refleksi atas nilai-nilai kehidupan: kesaksian, kesadaran, kesabaran, dan keberanian.
Secara personal, menonton Kantata Takwa seperti membuka jendela waktu. Kita dibawa ke masa ketika puisi, musik, dan film bernyanyi bersama untuk memperjuangkan kebenaran melalui keindahan.
Ini bukan sekadar hiburan; ini adalah ritual kesadaran yang mengingatkan kita untuk tidak pernah diam dalam menghadapi ketidakadilan dan ketidakseimbangan.
Kalau kamu bertanya, “Apa yang bisa saya pelajari dari puisi Rendra dan film Kantata Takwa?”
Jawabannya sederhana: keberanian untuk menyuarakan kebenaran, kesabaran dalam berdiri teguh, dan kesadaran yang tak pernah pudar untuk menjaga keseimbangan dunia.
Mungkin, itulah pesan yang relevan bagi kita semua saat ini di tengah hiruk-pikuk kehidupan modern.
Jadi, mari kita lestarikan warisan karya seni yang berani dan reflektif seperti Kantata Takwa. Karena di sana, puisi Rendra bukan hanya dibaca, tapi juga dirasakan, dilihat, dan dihidupkan kembali dalam setiap nada dan gambar.
Referensi:
Sutradara: Erros Djarot dan Gotot Prakosa
Tahun Rilis: 2008
Konser Akbar: Kantata Takwa, Stadion Utama Gelora Bung Karno, 1991
Pemeran: Iwan Fals dan WS Rendra
Gaya Film: Eksperimental dengan animasi dan footage konser
Kalau kamu suka artikel ini, jangan lupa bagikan dan berikan komentar! Apakah kamu pernah terinspirasi oleh puisi atau musik dalam cara yang tak terduga? Yuk, kita berdiskusi di kolom komentar!
Kota Batu Wisata Sastra Budaya
SIKAB Rabu Legi 23 Juli 2025
Drs..Akaha Taufan Aminudin
Himpunan Penulis Pengarang & Penyair Nusantara HP3N Kota Batu Wisata Sastra Budaya SATUPENA JAWA TIMUR